PIALA DUNIA 2022 QATAR

Masuk Grup Berat, Makanan Sehari-hari Belanda dan Jerman

Olahraga | Jumat, 01 April 2022 - 09:03 WIB

Masuk Grup Berat, Makanan Sehari-hari Belanda dan Jerman
Penyerang sayap tim nasional Belanda Steven Bergwijn (kiri) melakukan selebrasi bersama rekan-rekannya seusai mencetak gol ke gawang Norwegia dalam laga pemungkas Grup G kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Eropa di Stadion De Kuip, Rotterdam, Belanda, Selasa (16/11/2021). Belanda berpotensi berada di grup neraka di putaran final Piala Dunia 2022 Qatar. (REUTERS)

DOHA – Obrolan mengenai grup berat atau "grup neraka" di Piala Dunia 2022 memang baru akan diketahui malam ini. Persisnya dalam undian fase grup yang berlangsung di The Doha Exhibition and Convention Center (siaran langsung Indosiar/O Channel/Mentari TV/Vidio pukul 23.00 WIB).

Meski begitu, mengacu pembagian pot, utak-atik maupun prediksi grup mana yang bakal jadi sorotan mulai bisa dipetakan. Pembagian pot menggunakan peringkat dunia FIFA yang dirilis kemarin (31/3). 


Pot 1, misalnya. Pot tersebut berisi peringkat pertama sampai kedelapan dengan posisi Italia sebagai pemilik ranking keenam digantikan oleh Qatar selaku tuan rumah. Italia yang notabene juara Eropa sekaligus kampiun empat gelar Piala Dunia gagal lolos ke putaran final ajang sepak bola sejagat untuk dua edisi beruntun.

Yang menarik adalah pot 2. Tim tersukses Piala Dunia dari Eropa, Jerman (empat kali juara dan empat kali runner-up), masuk di pot 2 seiring hanya menempati ranking ke-12. Ada pula tiga kali runner-up Piala Dunia, Belanda. Mereka otomatis harus siap menghadapi wakil dari pot 1 yang semuanya merupakan tim top kecuali Qatar.

Tujuh tim top di pot 1 selain Qatar adalah dua kekuatan hebat dari Conmebol, Brasil dan Argentina. Ada pula juara bertahan Prancis, Belgia, Inggris, Spanyol, dan Portugal.

Kalau menilik pengalaman di Piala Dunia, sejatinya Jerman dan Belanda lumayan terbiasa menghadapi grup berat. ibaratnya masuk grup berat sudah makanan seharia-hari mereka. Faktanya, sejak format fase grup digunakan pada edisi 1950, Die Mannschaft –julukan Jerman– maupun Oranje (sebutan Belanda) tidak pernah gagal lolos dari fase grup. Itu jadi bukti sahih bahwa apa saja komposisi di fase grup mereka, selalu berhasil diatasi.

Bagi Oranje, fase grup berat boleh dibilang terjadi pada edisi 2014, 2006, dan 1990. Berturut-turut mereka dihadapkan oleh tim tangguh seperti Spanyol, Argentina, dan Inggris. Hasilnya? Belanda tidak terkalahkan. Sekali menang dan dua kali seri. Satu-satunya kemenangan pun diraih secara fantastis ketika menghajar juara bertahan Spanyol 5-1 pada 2014. Pelatih Oranje kala itu pun menjadi pelatih Oranje saat ini: Louis Van Gaal.

”Aku rasa Qatar yang akan jadi lawan kami dari pot 1. Aku selalu merasa memiliki keberuntungan,” seloroh Van Gaal kepada TakeToNews.

Ketimbang Belanda, Jerman malah lebih berpengalaman dalam menjinakkan grup berat. Die Mannschaft pernah mengalaminya pada edisi 1962 ketika segrup dengan Italia, lalu 1966 dengan Argentina dan Spanyol. Ada pula 1990 dan 1998 dengan Yugoslavia, 1994 dengan Spanyol, hingga 2014 dengan Portugal. Statistik Jerman melawan mereka adalah 3 kali menang dan 3 kali seri.

Justru tim asuhan Hans-Dieter Flick itu terpeleset ketika dihadapkan dengan grup yang di atas kertas bisa mereka lalui dengan mudah. Ya, pada edisi empat tahun lalu di Rusia, Die Mannschaft untuk kali pertama tersingkir di fase grup. Padahal, Manuel Neuer dkk berstatus juara bertahan.

”Setelah tersingkir di Rusia dan melawan Inggris (di 16 besar Euro 2020, red), kami akan menunjukkan versi baru diri kami yang akan kembali mengulang kesuksesan,’’ koar Neuer, kapten sekaligus kiper Jerman, kepada Deutsche Welle.(io/c17/dns/jpg)
 

Editor: Edwar Yaman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook